welcom

Selamat datang ... Semoga bermafaat !!!

Selasa, 29 April 2014

Manajemen Kurikulum




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
            Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan arah, isi, dan arah pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah wilayah maupun nasional. Semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai calon pendidik, yang selalu mengharap tumbuh dan berkembangnya anak didik dan generasi muda yang lebih baik.
            Pelaksanaan proses interaksi itu terutama di sekolah dilakukan secara berencana yaitu dengan dibuatnya kurikulum. Kurikulum adalah hal yang sangat penting dan harus diketahui oleh pendidik maupun calon pendidik. Dengan pendidik mengetahui kurikulum, maka pelaksanaan pembelajaran disekolah akan berlangsung dengan baik. Dalam hal ini mengetahui tentang kurikulum saja tidaklah cukup. Pendidik maupun peserta didik harus memahami tentang konsep dasar kurikulum, cara mengorganisasikan kurikulum, dan melaksanakan kurikulum, dan mengembangkan kurikulum.
            Untuk mengetahui dan memahami lebih lengkap tentang kurikulum maka kami membuat makalah ini dengan menggabungkan dari berbagai sumber. Diharapkan dengan demikian calon pendidik atau pendidik dapat lebih memahami tentang apa yang dimaksud dengan kurikulum. Dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep dasar kurikulum, pengorganisasian kurikulum, tatalaksana kurikulum, dan pengembangan kurikulum.
B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana konsep dasar kurikulum?
2.    Bagaimana konsep pengorganisasian kurikulum?
3.    Bagaimana tatalaksana kurikulum di sekolah ?
4.    Sebutkan macam-macam pola pengorganisasian kurikulum ?
5.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kurikulum ?
C.      Tujuan
1.      Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.
2.      Pengorganisasian kurikulum dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni dalam konteks manajemen dan dalam konteks akademik.
3.      Tatalaksana kurikulum disekolah merupakan kegiatan yang sangat penting di antara kegiatan-kegiatan administratif lainya.
4.      Separated Subject Curiculum, Correlated Curriculim, Integrated Curriculumn
5.      Pendidikan Tinggi, masyarakat, sistem nilai.




BAB II
PEMBAHASAN

A.  KONSEP DASAR KURIKULUM

            Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.
            Kurikulum sendiri dapat dipahami dengan arti sempit sekali, sempit dan luas.
(a)                  Kurikulum dalam arti sempit sekali adalah Jadwal Pelajaran.
Kurikulum dalam arti sempit adalah semua pelajaran baik teori maupun praktek yang diberikan kepada siswa-siawa selama mengikuti suatu proses pendidikan tertentu. (b) Kurikulum pada pengertian ini terbatas pada pemberian bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk kepentingan mereka melanjutkan pelajaran maupun terjun kedunia kerja. Dengan melihat pada kurikulum sebagai lembaga pendidikan maka dapat dilihat apakah lulusanya mempunyai keahlian dalam level apa. (c) Kurikulum dalam arti luas adalah semua pengalaman yang diberikan oleh lembaga pendidikan kepada anak didik selama mengikuti pendidikan. Dengan pengertian ini maka pengaturan halaman sekolah, penempatan keranjang sampah atau ketatnya disiplin sekolah dijalankan ikut termasuk dalam cakupan kurikulum karena semua itu akan menghasilkan suatu yang tercermin pada lulusan[1]
            Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum … to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : “ …the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of school. George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : “ A Curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school”.[2] Beauchamp mengatakan bahwa kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran, pelaksanaan rencana itu sudah masuk pengajaran.
     Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1.    Kurikulum sebagai suatu ide, yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2.    Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3.    Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, dalam bentuk praktek pembelajaran.
4.    Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
            Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (a) kurikulum sebagai ide, (b) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum, (c) kurikulum menurut persepsi pengajar, (c) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas, (d) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik, dan (e) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
            Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
B.  PENGORGANISASIAN KURIKULUM
            Pengorganisasian kurikulum dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni dalam konteks manajemen dan dalam konteks akademik. Pengertian dari kata organisasi itu sendiri adalah suatu kelompok sosial yang bersifat tertutup atau terbuka dari/terhadap pihak luar, yang diatur berdasarkan aturan tertntu, yang dipimpin/diperintah oleh seseorang pimpinan atau seorang pimpinan atau seorang staf administratif, yang dapat melaksanakan bimbingan secara teratur dan bertujuan. Dalam sebuah organisasi sangat diperlukan melaksanakan proses manajemen, yakni:
1)   Organisasi perencanaan kurikulum, yang dilaksanakan oleh suatu lembaga pengembangan kurikulum, atau suatu tim pengembang kurikulum
2)   Organisasi dalam rangka pelaksanan kurikulum, baik pada tingkat daerah maupun pada tingkat sekolah atau satuan lembaga pendidikan yang melaksanakan kurikulum.
3)   Organisasi dalam evaluasi kurikulum, yang melibatkan pihak-pihak yang terkait dalam proses evaluasi sebuah kurikulum.[3]
            Dalam setiap jenis organisasi kurikulum diatas, terdapat susunan kepengurusan yang telah ditentukan sesuai dengan struktur organisasi berikut dengan tugas-tugas pekerjaannya sekaligus. Sedangkan bentuk-bentuk kurikulum, akan disusun menurut pola organisasi kurikulum yang dilengkapi struktur, urutan kegiatan pembelajaran dan ruang lingkup materi tertentu. Dan secara akademik, organisasi kurikulum dikembangkan dalam bentuk-bentuk organisasi sebagai berikut:
a.    Kurikulum Mata Ajaran.
            Merupakan kurikulum yang terdiri dari sejumlah mata ajaran secara terpisah. Adalah  kurikulum yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1)   Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain.
2)   Setiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak-kotak tersendiri dan disampaikan pada anak didik pada waktu-waktu tertentu.
3)   Kurikulum ini bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan.
4)   Tidak didasarkan atas kebutuhan, minat, dan masalah-masalah yang menyangkut diri siswa.
5)   Tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tuntutan masyarakat.
6)   Pendekatan metodologi sistem penuangan.
7)   Pelaksanaan dengan sistem guru mata pelajaran.
8)   Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum
9)   Kurikulum yang berkorelasi dengan mata pelajaran.
          Mata pelajaran-mata pelajaran itu disusun dalam pola korelasi agar lebih mudah dipenuhi oleh siswa. Bentuk korelasi terdiri atas dua jenis, yaitu:
a)        Korelasi informal, dimana seorang guru mata pelajaran meminta agar guru mata pelajaran lainnya mengkorelasikan pelajaran yang akan digunakannya dengan bahan yang akan diberikannya dengan bahan yang telah diberikan oleh guru yang sebelumnya.
b)        Korelasi formal, bahwasanya beberapa orang guru merencanakan bersama-sama untuk  mengkorelasikan mata pelajaran yang akan menjadi tanggung jawab masing-masing guru.
Ciri-ciri kurikulum ini adalah sebagai berukut:
1)        Mata pelajaran dikorelasikan satu sama lain.
2)        Mulai adanya usaha untuk merelevankan pelajaran dengan masalah kehidupan sehari-hari meskipun tujuannya masih tetap untuk penguasaan pengetahuan.
3)        Kurikulum ini telah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemampuan para siswa walaupun pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas.
4)        Metode pencapaiannya adalah dengan menggunakan metode korelasi meskipun masih banyak kendala dan hambatan yang dihadapi.
5)        Meskipun guru masih memegang peran aktif, aktivitas siswa juga mulai dikembangkan.
b.   Kurikulum bidang studi
            Ciri-ciri umum yang terdapat dalam kurikulum bidang studi antara lain:
1.    Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran yang di dalamnya terdapat perpaduan sejumlah mata pelajaran yang sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama.
2.    Pelajaran bertitik tolak dari core subject, dari sana kemudian dijabarkan menjadi sejumlah pokok bahasan.
3.    Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruksional yang telah direncanakan sebelumnya.
4.    Sistem penyampaiannya bersifat terpadu.
5.    Guru berperan selaku guru bidang studi.
6.    Minat, masalah, dan kebutuhan siswa serta kebutuhan masyarakat masyarakat dipertimbangkan sebagai dasar penyusunan kurikulum.
7.    Kurikulum berintegrasi/terpadu
Ciri-ciri umum bentuk kurikulum ini adalah:
1)        Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi.
2)        Berdasarkan psikologi belajar Gestalt atau organismik.
3)        Berdasarkan landasan sosiologi dan sosial-kultural.
4)        Berdasarkan kebutuhan dan tingkat perkembangan dan pertumbuhan siswa.
5)        Ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada.
6)        Sistem penyampaiannya dengan menggunakan system pengajaran unit.
7)        Peran guru sama aktifnya dengan murid.
8)        Core curriculum (kurikulum inti).
Yang dimaksud core curriculum, yakni memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a)        Inti pelajaran meliputi pengalaman-pengalaman yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan semua siswa.
b)        Inti program berkenaan dengan pendidikan umum (general education) untuk memperoleh bermacam-macam hasil (tujuan pendidikan).
c)        Kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalaman inti disusun dan diajarkan dalam bentuk kesatuan, tidak dibatasi oleh garis-garis pelajaran yang terpisah.
d)       Inti program diseleenggarakan dalam jangka waktu yang lebih lama.
C.  KETATALAKSANAAN KURIKULUM
          Tatalaksana kurikulum disekolah merupakan kegiatan yang sangat penting di antara kegiatan-kegiatan administratif lainya. Kurikulum dengan diiringi tatalaksana yang baik, tepat dan cermat akan mampu membuahkan hasil pendidikan yang baik pula.
          Memahami dan mengenal berbagai aspek atministrasi pendidikan di sekolah memang salah satu kemampuan (kompetensi) dasar yang harus dimiliki setiap guru, karena disamping sebagai tugas pokoknya sebagai pendidik/pengajar guru berfungsi pula sebagai administator yang menyangkut ketatalaksanaan kurikulum.
1.    Organisasi Kurikulum
          Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid-murid. Organisasi kurikulum sangat erat hubunganya dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai karena pola-pola yang berbeda akan mengakibatkan isi dan cara penyampaian pelajaran berbeda pula (Prof. Dr. Nasution, hal. 80). [4]
Macam-macam pola pengorganisasian kurikulum:
a.    Separated Subject Curiculum
          Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran, yang ter pisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain dan antara suatu kelas dengan kelas yang lain.
          Separated Subject Curiculum mengandung beberapa hal yang positif di dalam praktek pendidikan disekolah yakni :
1)   Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis
2)   Organisasi kurikulum ini sederhana
3)   Penilaian lebih mudah
4)   Kurikulum ini memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran
5)   Persiapan untuk masuk perguruan tinggi

b.    Correlated Curriculim
          Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran itu satu sama lain ada hubungan , bersangkut paut (correlated) walaupun batas-batas masih dipertahankan. Beberapa kebaikan correlated Curriculum :
1)        Dengan korelasi pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (terpadu).
2)        Dengan melihat hubungan erat mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah.
3)        Korelasi memberikan pengertian  yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut.
4)        Diutamakan pengertian dan prinsip bukan pengetahuan akan fakta.

c.    Integrated Curriculumn
          Organisasi kurikulum ini meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruan.
Beberapa manfaat kurikulum  yang “Integrated” ini sebagai berikut :
1)        Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat.
2)        Murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.
3)        Memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
4)        Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berfikir sendiri atau bekerja sama dengan kelompok.
5)        Mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.

2.    Struktur Program Kurikulum dan Implikasinya Dalam Kegiatan Administratif
          Dalam kurikulum tahun 1975 kita jumpai bahwa kurikulum pada garis besarnya diperinci dalam beberapa program pendidikan. Untuk sekolah-sekolah umum program pendidikan itu meliputi 3 macam :
1)        Progam Pendidikan Umum
2)        Progam Pendidikan Akademis, yang memberikan dasar-dasar untuk melakukan studi.
3)        Progam Pendidikan Ketrampilan.[5]

          Kegiatan administrasi kurikulum dititik beratkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar mengajar di sekolah agar selalu terjamin kelancaranya.  Ada dua hal yang terpenting dalam kegiatan administrasi kurikulum, yakni ;
a.    Kegiatan yang erat kaitanya dengan tugas guru.
Kegiatan ini meliputi :
1)        Pembagian tugas mengajar.
Misalnya, di Sekolah Dasar kita  masih berlaku sistem guru kelas sehingga pembagian tugas mengajar untuk bertanggungjawab mengajar satu kelas tertentu.  Tetapi pada sekolah-sekolah lanjutan kita malaksanakan sistem Guru Vak (sistem guru Bidang Studi), sehingga pembagian tugas mengajar itu berarti menempatkan guru pada kelas-kelas tertentu dengan jumlah jam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2)        Pembagian tugas / tanggungjawab dalam membina ekstra kulikuler.
Misalnya, Pekan Olah Raga dan Kesenian (PORSENI), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Gerakan Pendidikan Pramuka, dsb. Agar  kegiatan tersebut berjalan dengan lancar  maka perlu diadakan pembagian tugas diantara para guru disekolah itu.
3)        Koordinasi Penyusunan Persiapan Mengajar.
Setiap guru wajib menyusun satuan-satuan pelajaran yang akan disampaikan kepada anak didiknya (persiapan mengajar) dan perlu dikoordinir oleh kepala sekolah.

b.    Kegiatan yang erat kaitanya dengan proses belajar mengajar
Kegiatan ini meliputi :
1)        Penyusunan jadwal pelajaran.
2)        Penyusunan program (rencana) berdasar satuan waktu tertentu (Catur Wulan, Semester, Tahunan).
3)        Pengisian daftar pengajuan murid.
4)        Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar.
5)        Laporan hasil evaluasi.
6)        Kegiatan bimbingan penyuluhan.[6]

3.    Menyusun Kalender Pendidikan
          Kalender pendidikan atau kalender akademik pada dasarnya adalah pengaturan waktu dan kegiatan disekolah baik kulikuler maupun ekstrakulikuler serta kekgiatan penunjang lainya selama satu tahun tahun ajaran. Hal ini dengan maksud agar bisa tercapainya penggunaan waktu sekolah secara optimal dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.
          Dalam melaksanakan Kalender Pendidikan wajib diperhatikan prinsip kegiatan sekolah ialah :
a.         Setiap kegiatan mempunyai fungsi peningkatan mutu, efektivitas dan efisiensi pendidikan.
b.        Setiap kegiatan mempunyai kaitan fungsional dengan kegiatan lainya yang relevan.
c.         Dalam fungsinya untuk meningkatkan  mutu pendidikan, kegiatan kulikuler dan kegiatan kulikuler merupakan satu keseluruhan yang integratif.
d.        Penjadwalan ekstra kulikuler menjamin kelancaran dan evektivitas pelaksanaan kegiatan ekstra kulikuler.[7]

4.    Menyusun Satuan Pelajaran
               Satuan pelajaran (satpel) merupakan unit terkecil pengajaran yang disiapkan oleh guru sebelum proses belajar mengajar berlangsung.[8]
               Akhir-akhir ini dalam usaha pengembangan lebih lanjut dari para pemikir pendidikan, maka proses belajar mengajar di kelas disarankan (harus) lebih mengaktifkan siswa, bukan lagi fihak guru yang aktif menyampaikan materi pelajaran. Pola belajar demikian kemudian disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) mengakibatkan persiapan guru dalam program belajar mengalami sedikit perubahan. Dengan demikian, penyusunan satuan pelajaran dapat dikatakan seperti penyusunan rencana kegiatan pembelajaran (RPP). Sebagai contoh dalam satuan pelajaran dengan pola PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) terdapat langkah-langkah pokok seperti perumusan tujuan, mengembangkan alat evaluasi, menetapkan kegiatan belajar mengajar, merencanakan program kegiatan,dll.
5.    Melaksanakan sistem kredit di sekolah
          Melaksanakan sistem kredit yang dimaksudkan untuk meningkatkan tepat guna, daya guna dan hasil guna pendidikan, yang sekaligus dikaitkan pula dengan sistem penilaian siswa.  Disini yang dimaksud dengan “kredit” adalah ukuran satuan beban belajar siswa yang ditentukan oleh jumlah jam pelajaran tatap muka dan pekerjaan rumah per-minggu per-semester.
6.    Menyelenggarakan evaluasi hasil belajar
          Penyelenggaraan evaluasi (penilaian) hasil belajar siswa merupakan salah satu tugas kegiatan dari tatalaksana kurikulum.  Evaluasi berguna dan bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi guru tentang sejauh mana tujuan (intruksional) pengajaran telah tercapai, sehingga guru dengan demikian mengetahui apakah guru harus lebih memperbaiki lagi langkah yang ia tempuh dalam kegiatan mengajar.[9]
          Bagi siswa hasil evaluasi akan menunjukkan kepada mereka betapa keberhasilan mereka dalam kegiatan belajar yang pernah mereka lakukan. Macam-macam evaluasi hasil belajar di sekolah :
a.    Test formatif
              Yaitu evaluasi atau usaha penilaian hasil belajar yang berupa test yang diberikan kepada siswa setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari.
b.    Test sub-sumatif
              Yaitu tes yang diberikan kepada siswa dengan bahan atau materi yang meliputi beberapa pokok bahasan yang sejenis. Biasanya apabila guru merencanakan akan mengadakan tesa sub-sumatif, maka test formatifnya tidak diselenggarakan.
c.    Test sumatif
              Yaitu evaluasi atau usaha penilaian hasil belajar yang berupa test yang dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung dalam satuan waktu tertentu misalnya setelah satu catur wulan (di SD atau satu semester di sekolah menengah)
d.   Ujian Akhir Nasional (UAN)
              Yaitu usaha penilaian yang terakir dilakukan untuk mengungkap hasil belajar siswa sacara keseluruhan selama ia belajar disekolah tersebut.

7.    Menyusun laporan pendidikan
          Dalam kegiatan profesionalnya sehari-hari, kepala sekolah dan guru dihadapkan kepada hal-hal yang perlu dikomunikasikan. Komunikasi tersebut diperlukan dalam menjalankan semua peranan di sekolah sebagai pengajar, penatalaksana atau administrator, dan sebagai pembimbing. Banyak pihak seperti kepala sekolah, murid, orang tua, dan rekan sekerja sangat memerlukan keterangan yang relevan dari guru. Kebutuhan pihak-pihak tersebut akan keterangan, penjelasan, atau informasi pada umumnya bersifat terus menerus dan berkelanjutan. Untuk kebutuhan inilah kepala sekolah dan guru seperti juga tenaga kependidikan lainnya diharapkan untuk selalu membuat laporan tentang hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya.
D.  PENGEMBANGAN KURIKULUM
          Pendidikan tidak akan pernah lepas akan dampak lingkungan disekitar yang semakin hari semakin berkembang. Jika pendidikan tidak dapat mengikuti perkembangan dunia seperti perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang kian pesat, maka pendidikan akan jauh tertinggal dan tidak memberi manfaat relevan bagi peserta didik. Oleh sebab itu pendidikan harus ikut dikembangkan sesuai dengan perkembangan dunia saat ini. Cara mengembangkan pendidikan adalah dengan pengembangan kurikulum. Pengembanagn kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.[10] Pengembangan kurikulum merupakan proses yang dinamik sehingga dapat merespon terhadap tuntutan perubahan structural pemerintahan, perkembangan ilmu dan teknologi, maupun globalisasi. Kebijakan umum dalam pengembangan kurikulum haruslah sejalan dengan visi, misi, dan strategi pembangunan.
          Pengembagan kurikulum adalah hal yang dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan pendidikan pada setian jenjang pendidikan. Perubahan kurikulum sendiri bertujuan untuk menyiapkan siswa atau peserta didik untuk menghadapi masa sekarang maupun masa yang akan datang. Pengembangan Kurikulum harus mampu mengantisispasi segala persoalan yang dihadapi masa sekarang dan masa yang akan datang.[11]
          Kurikulum juga memiliki dasar pengembangan yang harus diperhatikan dalam proses pengembangannya. Dasar-dasar pengembangan kurikulum tersebut adalah :
1.    Kurikulum disusun untuk mewujudkan system pendidikan nasional.
2.    Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangakan dengan pendekatan kemampuan.
3.    Kurikulum harus sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan.
4.    Kurikulum pendidikan dasar, menengah, dan tinggi dikembangkan atas dasar standar nasional pendidikan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan
5.    Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara berdisversikasi sesuai dengan kebutuhan potensi dan minat pesererta didik
6.    Kurikulum dikembangakan dengan memperhatikan tuntutan pemanbangunan daerah maupun nasional, serta mempertimbangkan kebutuhan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni.
7.    Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara berdiversifikasi sesuai dengan tuntutan lingkungan dan budaya setempat.
8.    Kurikulum pada semua jenjang mencakup aspek spiritual keagamaan, intelektualitas, watak konsep diri, ketrampilan belajar, kewirausahaan, ketrampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola hidup sehat, estetika dan rasa kebangsaan.
Pengembangan kurikulum dapat dilakukan mulai dari tingkat kelas sampai ketingkat nasional seperti kondisi sebagai berikut :
1)      Pengembangan kurikulum oleh guru kelas.
2)      Pengembangan kurikulum oleh sekelompok guru dalam suatu sekolah.
3)      Pengembangan kurikulum melalui pusat guru (teacher’s centre’s).
4)      Pengembangan kurikulum pada tingkat daerah.
5)      Pengembangan kurikulum dalam/melalui proyek nasional.[12]
          Seorang guru dapat mengembangkan kurikulum dalam kelasnya asalkan kurikulum tersebut relevan dan konsisten terhadap program sekolah secara keseluruhan. Pengembangan kurikulum oleh sekelompok guru dalam suatu sekolah lebih menguntungkan karena banyak terjadi pertukaran pengalaman, ide, dan gagasan walau lebih menguntungkan jika pengembangan kurikulum dilakukan secara nasional karena akan lebih banyak melibatkan guru-guru ahli yang memberikan ide ataupun informasi sehingga gagasan pengembangan menjadi semakin mantap. Jadi pendekatan nasional dalam pengembangan kurikulum dinilai lebih rasional dan mengikuti proses yang diharapkan pada pengembangan kurikulum.
          Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan kurikulum :
1.    Pendidikan Tinggi
          Kurikulum minimal mendapatkan dua pengaruh dari pendidikan di perguruan tinggi, yaitu pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi dan pendidikan guru yang umumnya dilaksanakan diperguruan tinggi. Sehingga akan mempengaruhi kompentensi guru yang dihasilkan.
2.    Masyarakat
          Pendidikan adalah bagian dari masyarakat, pendidikan dilaksanakan untuk menyiapakan peserta didik dalam bermasyarakat. Setelah selesai menempuh pendidikan formal maupun belum selesai menempung pendidikan formal, peserta didik akan kembali ke masyarakat. Dalam proses ini pendidikan harus bisa menjaga agar peserta didik tetap baik dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, kondisi atau lingkungan masyarakat akan sangat mempengaruhi kebijakan pengembangan kurikulum yang dilakukan.
3.    Sistem nilai
          Dalam pendidikan tidak akan lepas dengan sistem nilai dan norma yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah harus bisa menjaga agar sistem tersebut tidak semakin luntur dikalangan peserta didik maupun pendidik. Nilai dan norma yang ada juga mempengaruhi perkembangan kurikulum. Karena kurikulum hendaknya mencerminkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang kemudian dintegrasikan dalam sebuah kurikulum.

BAB III
PENUTUP

A.      Analisis
            Dari makalah diatas dapat dianalisis bahwa manajemen kurikulum pendidikan merupakan segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas Interaksi belajar mengajar. Jika kita lihat kurikulum di negara Indonesia ini sering beruba – ubah karna menteri pendidikan masih mencari metode yang tepat untuk sistem manajemen pendidikan di Indonesia. Seperti contohnya pada pembetukan kurikulum baru yang mana di daerah pelosokan desa / daerah terpencil belum / baru saja mendapatkan kurikulum baru namun daerah kota sudah berganti dengan kurikulum yang baru lagi yang mana hal yang sedemikian tersebut selalu terjadi setiap pergantian kurikulum di negara ini.
            Dan dalam perkembanganya, kurikulum yang ada dilapangan belum dipahami oleh setiap guru yang terlibat dalam proses pengajaran, sehingga konsep tersebut belum tentu langsung dikembangkan disemua sekolah, masih terdapat perbedaan persepsi yang mendasar pada setiap guru dalam menafsirkan kurikulum yang dipakai. Hal tersebut harusnya dalam pendidikan  di daerah terpencil. Sehingga yang seharusnya kurikulum dijadikan  sebagai suatu cara pengembangan pendidikan yang relevan dengan perkembangan dunia saat ini, hal itu belum terswujud di semua sekolah khususnya sekolah yang berada di daerah terpencil yang sangat lamban dalam perkembangan kurikulum tersebut. Entah bagaimana para birokrat pendidikan dalam mensosialisasikan konsep tersebut, sudah terlaksana secara benar atau belum.


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, S.Pd,2008. Manajemen pendidikan. Yoyakarta: Aditya Media.
Prof.Dr.Nana Syaodih Sukmadinata, 2005. Pengembangan Kurikulu:Teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prof. Dr .Oemar Hamalik, 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Drs. B.Suryosubroto, 2005. Tatalaksana kurikulum. Jakarta: PT. Rineka Cipta



[1] Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen pendidikan, h. 131.
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, 2005. Pengembangan Kurikulum.(Bandung). h.5
[3] Oemar Hamalik, 2008.Manajemen Pengembangan Kurikulum. (Bandung). h.137
[4] Nasution, hal. 80 didalam B.Suryosubroto,2005.Tatalaksana kurikulum. (Jakarta).h.1
[5] Ibid.h.9
[6] Ibid.h.17
[7] Ibid.h.32
[8] Ibid.h.65
[9] Ibid.h.143
[10] Oemar Hamalik, 2007 : 183) dikatakan oleh Prof. Dr. H Oermar hamalik
[11] Oemar Hamalik, 2006 : 90
[12] Oemar Hamalik, 2008... h.104

0 komentar:

Posting Komentar